Jumat, 23 November 2012

TUGAS MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA


TUGAS  MAKALAH
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
“ KEDISIPLINAN ”


KELAS              :    B
NAMA               :    AGUSRAN      
NPM              :    10 212 081

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(FKIP EKONOMI)
UNIDAYAN BAUBAU
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat Limpahan RahmatNyalah kami bisa menyelesaikan tugas kelompok dari Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia dengan judul “Kedisiplinan” tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas kelompok ini antara lain :
o    Bapak La Sariade, S.Pd,. M.Pd selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
o    Rekan-rekan mahasiswa yang telah ikut membantu baik berupa tenaga maupun pikiran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, maka dari itu kami mengharapkan adanya saran-saran serta kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Baubau,  Oktober  2012



                                                                                                                                                       Penyusun,


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB         I      PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A.        Latar Belakang .................................................................................... 1
B.        Rumusan Masalah............................................................................... 1
C.        Tujuan................................................................................................ 2
BAB        II      PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A.        Definisi Disiplin Kerja........................................................................... 3
B.        Prinsip – Prinsip Disiplin....................................................................... 5
C.        Konsep Disiplin................................................................................... 7
D.        Tujuan Disiplin Kerja............................................................................ 8
E.         Fungsi Disiplin Kerja............................................................................ 8
F.         Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan.......................... ..... 10
G.       Hal-Hal Yang Menunjang Kedisiplinan................................................ 10
H.        Cara Menegakkan Disiplin Kerja......................................................... 11
I.          Tipe-Tipe Disiplin Kerja...................................................................... 12
J.          Hambatan Disiplin Kerja..................................................................... 13
K.        Pendekatan Disiplin Kerja.................................................................. 14
L.         Hukuman dan Disiplin........................................................................ 15
BAB       III      PENUTUP ................................................................................................ 18
A.        Kesimpulan ...................................................................................... 18
B.        Saran ............................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam suatu organisasi,atau Perusahaan  motivasi dan disiplin kerja, termasuk hal yang paling penting demi kelancaran organisasi tersebut. Disiplin kerja merupakan alat untuk berkomunikasi untuk dapat mencapai sebuah tujuan bersama yang dipakai oleh atasan dengan bawahan maupun oleh sesama pegawai dalam suatu organisasi atau dalam lingkup sebuah kantor.
Ada kalanya pegawai atau karyawan melakukan pelanggaran untuk itu diperlukan disiplin kerja agar dapat memperbaiki perilaku-perilaku menyimpang dari pegawai atau karyawan tersebut Setelah terwujudnya motivasi kerja maka akan timbul disiplin kerja yang baik. Untuk mewujudkan keduanya, maka diperlukan adanya kerjasama antara atasan dan para pegawai bawahannya, agar tercipta lingkungan kerja yang kondusif untuk mendukung kinerja para pegawai secara maksimal di dalam organisasi ataupun perusahaan tersebut.

B.     Rumuasan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1.      Jelaskan pengertian disiplin kerja ?
2.      Sebutkan prinsip-prinsip disiplin ?
3.      Sebutkan konsep kedisiplinan ?
4.      Sebutkan tujuan-tujuan dari disiplin kerja ?
5.      Jelaskan Fungsi dari disiplin kerja ?
6.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan ?
7.      Sebutkan hal-hal apa saja yang menunjang kedisiplinan ?
8.      Bagaimana cara menegakkan disiplin kerja ?
9.      Sebutkan tipe-tipe disiplin kerja ?
10.  Sebutkan faktor-faktor yang menghambat disiplin kerja ?
11.  Bagaimana cara pendekatan disiplin kerja ?
12.  Bagaimana cara pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin itu sendiri ?




C.     Tujuan Pembahasan Makalah
1.      Untuk dapat di mengerti maksud dari disiplin kerja.
2.      Untuk dapat menyebutkan prinsip-prinsip diSebutkan konsep kedisiplinan.
3.      Untuk dapat menyebutkan tujuan-tujuan dari disiplin kerja.
4.      Untuk dapat menjelaskan Fungsi dari disiplin kerja.
5.      Untuk dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan.
6.      Untuk dapat menyebutkan hal-hal apa saja yang menunjang kedisiplinan.
7.      Untuk dapat memahami cara menegakkan disiplin kerja.
8.      Untuk dapat menyebutkan tipe-tipe disiplin kerja.
9.      Untuk dapat menyebutkan faktor-faktor yang menghambat disiplin kerja.
10.  Untuk dapat memahami cara pendekatan disiplin kerja.
11.  Untuk dapat memahami cara pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin itu sendiri.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Disiplin Kerja
Disiplin berasal dari akar kata “disciple “ yang berarti belajar. Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik. Disiplin adalah suatu proses yang dapat menumbuhkan perasaan seseorang untuk mempertahankan  dan meningkatkan tujuan organisasi secara obyektif, melalui kepatuhannya menjalankan peraturan oraganisasi.
Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan oraganisasi, di gunakan terutama untuk memotivasi pegawai agar dapat mendisplinkan diri dalam malaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.
Kurang pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada merupakan penyebab terbanyak Indisipliner. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut pihak pemimpin sebaiknya memberikan program orientasi kepada tenaga karyawan yang baru pada hari pertama mereka bekerja, karena karyawan tidak dapat di harapkan bekerja dengan baik dan patuh, apabila peraturan/prosedur atau kebijakan yang ada tidak di ketahui, tidak jelas atau tidak di jalankan sebagai mana mestinya. Selain memberikan orientasi, pimpinan harus menjelaskan secara rinci peraturan yang sering di langgaar, berikut rasional dan konsekwensinya. Demikian pula peraturan/prosedur atau kebijakan yang mengalami perubahan atau diperbaharui, sebaiknya diinformasikan kepada staf melalui diskusi aktif. Tindakan disipliner sebaiknya dilakukan, apabila upaya pendidikan di berikan telah gagal, karena tidak ada orang yang sempurna. Oleh sebab itu, setiap individu diizinkan untuk melakukan kesalah dan harus belajar dari kesalah tersebut. Tindakan indisipliner sebaiknya di laksanakan dengan cara yang bijaksana sesuai dengan prinsip dan prosedur yang berlaku menurut tingkat pelanggaran klasifikasinya.
Hal tersebut yang di kemukakan oleh Soegeng Prijodarminto (1994:23) yang menjelaskan bahwa yang di maksud dengan disiplin adalah :
“Disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman”
Dari pendapat di atas, dapat di pahami bahwa disiplin menyatu dalam diri seseorang. Sikap disiplin di perolih dari adanya pembinaan yang di mulai dari lingkungan yang paling kecil dan sederhana yaitu keluarga. Pembinaan disiplin sejak dari keluarga sangat berguan dalam membentuk perilaku dalam dirinya dapat mencapai disiplin diri.
Pengertian Disiplin Kerja Menurut pendapat Alex S. Nitisemito(1984: 199) Kedisiplinan adalah suatu sikap tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis.
Disiplin juga dapat berarti sikap mental yang ada dalam diri seseorang maupun kelompok, di mana orang tersebut memiliki kehendak untuk memahami dan mentaati segala aturan yang telah di tetapkan sebelumnya baik oleh pemerintah maupun organisasi tempat orang tersebut melakukan sesuatu kegiatan. Dan disiplin tersebut hadir sebagai suatu kebiasaan yang akan melekat dalam jiwa individu tersebut Seperti di kemukakan oleh Muchdarsyah (2003:145) bahwa :
“Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perseorangan, kelompok atau masyarakat berupa ketaatan terhadap perbuatan-perbuatan atau ketentuan yang di tetapkan pemerintah atau etika, norma, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat untuk tujuan tertentu”.
Dari pendapat di atas, di katakan bahwa disiplin terbentuk dari adanya kesadaran dan kesediaan seseorang dalam mentaati semua aturan dan norma yang telah di tetapkan. Hal ini berarti bahwa kedisiplinan terbentuk bukan dari suatu keterpaksaan tetapi harus dari kesadaran seseorang sehingga pelaksanaannya disiplin tidak hanya karena adanya hukuman bagi si pelanggar namun terbentuk dari adanya rasa tanggung jawab yang di miliki orang tersebut. Dengan terbentuk rasa disiplin dalam diri setiap orang, maka hal tersebut dapat meningkatkan gairah kerja dan tujuan organisasi maupun individu akan terlaksana dengan baik.
Sikap disiplin harus diterapkan dalam melakukan pekerjaan. Adapun yang di maksud dengan kerja yaitu kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi yang telah di berikan kepada organisasi.
Untuk mendukung lancarnya pelaksanaan pekerjaan, maka diperlukan adanya disiplin kerja. Disiplin dalam kaitannya dengan pekerjaan adalah ketaatan melaksanakan aturan-aturan yang mewajibkan atau di harapkan oleh suatu organisasi agar setiap tenaga kerja dapat melaksanakan aturan-aturan yang mewajibkan atau di harapkan oleh suatu organisasi agar setiap tenaga kerja dapat melaksanakan aturan-aturan mewajibkan atau di harapkan oleh suatu organisasi agar setiap tenaga kerja dapat malaksanakan pekerjaan dengan tertib dan lancar.
Dalam suatu organisasi seorang pemimpin nmemerlukan alat untuk melakukan komunikasi dengan para karyawan mengenai tingkah laku para karyawan, dan bagaimana memperbaiki perilaku para karyawan menjadi lebih baik lagi, dan disiplin kerja yang diterapkan merupakan alat komunikasi pimpinan. Seperti yang di kemukakan oleh Veithzal Rival (2004:444) yang menyebutkan bahwa :
“ Disiplin kerja adalah alat yang digunakan para manjer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk merubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”.
Organisasi juga sangat membutuhkan disiplin kerja daripada pegawainya, karena dengan mereka merasa sebagai bagian dari organisasi tersebut maka pegawai akan berusaha menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi dirinya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Martono (1987:92) yang mengemukakan bahwa yang di maksud dengan disiplin kerja yaitu “ suatu keadaan yang menunjukkan suasana tertib dan teratur yang dihasilkan oleh orang-orang yang berbeda dalam naungan sebuah organisasi karena peraturan-peraturan yang berlaku di hormati dan di ikuti”.
Maka disimpulakan bahwa disiplin kerja adalah suatu sikap mental yang di miliki oleh pegawai dalam menghormati dan mematuhi peraturan yang ada di dalam organisasi tempatnya bekerja yang di landasi karena adanya tanggung jawab bukan karena keterpaksaan, sehingga dapat mengubah perilaku menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

B.     Prinsip-Prinsip Disiplin
1.      Pemimpin mempunyai perilaku positif
Untuk dapat menjalankan disiplin yang baik dan benar, seorang pemimpin harus dapat menjadi role model/panutan bagi bawahannya. Oleh karena itu seorang pimpinan harus dapat mempertahankan perilaku yang positifg sesuai dengan harapan staf.
2.      Penelitian yang cermat
Dampak dari tindakan indisipliner cukup serius, pimpinan harus memahami akibatnya. Data di kumpulkan secara faktual, dapatkan informasi dari staf yang lain, tanyakan secara pribadi rangkaian pelanggaran yang telah di lakukan, analisa, dan bila perlu minta pendapat dari pimpinan lainnya.
3.      Kesegaran
Pimpinan harus peka terhadap yang di lakukan oleh bawahan sesegera mungkin dan harus di atasi dengan cara yang bijaksana. Karena, bila di biarkan menjadi kronis, pelaksanaan disiplin yang akan di tegakkan dapat di anggap lemah, tidak jelas, dan akan mempengaruhi hubungan kerja dalam organisasi tersebut.
4.      Lindungi  Kerahasiaan  (privacy)
Tindakan indisipliner akan  mempengaruhi  ego staf, oleh karena itu  akan lebih baik apabila permasalahan didiskusikan secara pribadi, pada ruangan  tersendiri dengan suasana yang rileks dan tenang.  Kerahasiaan harus tetap  dijaga karena mungkin dapat mempengaruhi  masa depannya .
5.      Fokus  pada  Masalah. 
Pimpinan  harus  dapat  melakukan  penekanan  pada kesalahan  yang dilakukan bawahan dan bukan pada pribadinya, kemukakan  bahwa  kesalahan yang dilakukan  tidak dapat dibenarkan.
6.      Peraturan   Dijalankan  Secara  Konsisten
Peraturan  dijalankan secara konsisten, tanpa pilih kasih. Setiap  pegawai yang bersalah harus dibina sehingga mereka tidak merasa dihukum dan dapat menerima sanksi yang dilakukan secara wajar.
7.      Fleksibel
Tindakan disipliner  ditetapkan apabila  seluruh  informasi  tentang  pegawai telah di analisa  dan dipertimbangkan. Hal yang menjadi pertimbangan antara lain adalah tingkat kesalahannya,  prestasi pekerjaan yang lalu,  tingkat kemampuannya dan pengaruhnya terhadap organisasi.
8.      Mengandung  Nasihat
Jelaskan secara  bijaksana  bahwa pelanggaran yang dilakukan  tidak dapat diterima. File pegawai  yang berisi  catatan  khusus  dapat digunakan sebagai acuan, sehingga mereka  dapat memahami  kesalahannya.
9.      Tindakan   Konstruktif
Pimpinan harus yakin  bahwa bawahan  telah  memahami perilakunya bertentangan  dengan tujuan organisasi dan  jelaskan kembali   pentingnya  peraturan  untuk staf maupun organisasi. Upayakan   agar  staf  dapat merubah perilakunya   sehingga  tindakan indisipliner  tidak terulang lagi.
10.  Follow Up  (Evaluasi)
Pimpinan  harus secara cermat  mengawasi dan  menetapkan  apakah  perilaku bawahan sudah  berubah. Apabila perilaku bawahan  tidak berubah, pimpinan harus  melihat kembali penyebabnya  dan mengevaluasi kembali  batasan  akhir tindakan indisipliner.

C.     Konsep Kedisiplinan
Konsep disiplin terbagai menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
1.      Disiplin Berdasarkan Tradisi
Disiplin merupakan cara kuno yaitu cara yang terdiri dari pendaftaran pelanggaran dan catatan dari hukuman terhadap setiap pelanggaran. Disiplin ini dilaksanakan secara kaku dan tegas tanpa kompromi dan cenderung penegakan disiplin secara otoriter. Tindakan disiplin ini diterapkan oleh atasan kepada bawahan dan tidak perna sebaliknya, (suatu tindakan yang sepihak). Hal ini disebabkan pemahaman kurang efektif yang dianut oleh pemimpin perusahaan, yang menganggap karyawan adalah bawahannya untuk menuruti dan mematuhi segala keputusan yang ada tanpa perna karyawan diajak berunding untuk diminta pendapatnya apakah mereka merasa keberatan atau tidak, sedangkan atasan mempunyai kebebasan untuk berbuat apa saja tanpa terikat oleh sebuah perusahaan.
Pada konsep ini dsiplin dianggap sebagai suatu hukuman untuk tindakan yang dianggap terlarang atau melanggar aturan-aturan dan beratnya hukuman harus sebanding dengan besarnya pelanggaran tanpa adanya suatu tawar-menawar yang disebabkan oleh kondisi yang berbeda atau kondisi yang diluar kemampuannya. Jadi disiplin menurut konsep tradisi ini dipahami sebagai suatu batasan atas kesalahan yang diperbuatnya atau lebih tepatnya disiplin adalah suatu sanksi bukan suatu tindakan yang seharusnya dilakukan. Adapun tujuan dari hukuman adalah agar orang yang melakukan kesalahan atau pelanggaran merasa takut dan berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang telah dilakukan karyawan tersebut.
2.      Disiplin Berdasarkan Sasaran
Disiplin berdasarkan sasaran ini dianggap sebagai lawan dari disiplin tradisi bila dilihat dari tujuannya. Disiplin dianggap secara sah atau berlaku apabila dapat diterima secara sukarela oleh semua kompenen didalam organisasi tersebut, apabila tidak dapat diterima maka secara otomatis disiplin tersebut tidak sah untuk diterapkan dalam organisasi. Fungsi dari disiplin ini adalah sebagai suatu fungsi pembentukan tingkah laku sebagai hukuman. Masa lampau dipandang sebagai suatu yang sangat berharga, sesuatu yang dianggap memberi pengalaman dan berguna dalam merumuskan dan merubah tingkah laku, tetapi tidak merupakan penuntut yang pasti benar dalam menentukan benar atau salah, karena disini berbagai kemungkinan dapat saja terjadi diluar jangkauan kemampuan manusia sehingga apabila hal itu terjadi, maka disiplin tidak akan mampu menangani dan menjawab itu semua.

D.    Tujuan Disiplin Kerja
Disiplin kerja sebenarnya di maksudkan untuk memenuhi tujuan-tujuan dari disiplin kerja itu sendiri sehingga pelaksanaan kerja menjadi lebih efektif dan efisien. Pada dasarnya disiplin kerja bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang teratur, tertib, dan pelaksanaan pekerjaan dapat terlaksana sesuai dengan rencana sebelumnya.
Disiplin kerja yang di lakukan secara terus-menerut oleh manajemen di maksudkan agar para pegawai memiliki motivasi untuk mendisiplinkan diri, bukan karena adanya sanksi tetapi timbul dari dalam dirinya sendiri.
Sementara Reza Aryanto dalam Republika ( 2003:32) yang di kutip dari Rusmiati Ernawati (2003:32) mengemukakan tujuan di laksanakannya disiplin kerja, sebagai berikut :
a.       Pembentukan sikap kedali diri yang Positif. Sebuah organisasi sangat mengharpakan para pegawainya memiliki sikap kendali yang positif, sehingga ia akan berusaha untuk mendisiplinkan dirinya sendiri tanpa harus ada aturan yang akan memaksanya dan ia pun akan memiliki kesadaran untuk menghasilkan produk yang berkualitas tanpa perlu banyak di atur oleh atasanya.
b.      Pengendalian kerja. Agar pekerjaan yang di lakukan oleh para pegawai berjalan efektif dan sesuai dengan tujuan daro organisasi, maka di lakukan pengendalian kerja dalam bentuk standar dan tata tertib yang di berikan oleh organisasi.
c.    Perbaikan sikap. Perubahan sikap dapat di lakukan dengan memberikan orentasi, pelatihan, pemberlakuan sanksi dan tindakan-tindakan lain yang di perlukan pegawai.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka disiplin kerja bertujuan untuk memperbaiki efektivitas dan mewujudkan kemampuan kerja pegawai dalam nrangka mencapai sasaran yang telah di tetapkkan oleh organisasi.

E.     Fungsi Disiplin Kerja
Disiplin kerja sangat di butuhkan oleh setiap pegawai. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin yang akan membuat para pegawai mendapat kemudahan dalam bekerja. Dengan begitu akan menciptakan suasana kerja yang kondusif dan mendukung usaha pencapaian tujuan.
Pendapat tersebut di pertegas oleh pernyataan Tulus Tu’u (2004:38) yang mengemukakan beberapa fungsi disiplin, antara lain :
a.       Menata kehidupan bersama
b.      Membangaun kepribadian
c.       Melatih kepribadian
d.      Hukuman
e.       Menciptakan lingkungan kondusif.

Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama, dalam suatu kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan yang terjalin antara individu satu dengan lainnya menjadi lebih baik dan lancar.
Disiplin juga dapat  membangun kepribadian seorang pegawai. Lingkungan yang memiliki disiplin yang baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Lingkungan organisasi yang memiliki keadaan yang tenang, tertib dan tenteram, sangat berperan dalam membanguan kepribadian yang baik.
Disiplin merupakan sarana untuk melatih kepribadian pegawai agar senantiasa menunjukan kinerja yan baik. Sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu yang lama. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian  tersebut di lakukan melalui proses latihan. Latihan tersebut di laksanakan bersama antar pegawai, pimpinan dan seluruh personil yang ada dalam organisasi tersebut.
Disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkuangan tersebut. Dengan pemaksaan pembiasaan, dan latihan disiplin seperti itu dapat menyadarkan bahwa disiplin itu penting. Pada awalnya mungkin disiplin dapat di lakukan kerana pemaksaa, namun karena adanya pembiasaan dan proses latihan yang terus-menerus maka disiplin di lakukan atas kesadaran dari dalam diri sendiri dan di rasakan sebagai kebutuhan dan kebiasaan. Di harapkan untuk di kemudian hari, disiplin ini meningkat menjadi kebiasaan berpikir baik, positif, bermakna, dan memandang jauh ke depan. Disiplin bukan hanya soal mengikuti dan menaati peraturan, melainkan sudah meningkat menjadi disiplin berpikir yang mengatur dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya.
Disiplin yang di sertai ancaman sanksi atau hukuman sangat penting karena dapat memberikan dorongan kekuatan untuk mentaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman sanksi atau hukuman, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat menjadi lemah serta motivasi untuk mengikuti aturan yang berlaku menjadi berkurang.
Maka dari itu fungsi disiplin kerjan adalah sebagai pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin di dalam lingkungan di tempat seseorang itu berada, termasuk lingkungan kerja sehingga tercipta suasana tertib dan teratur dalam pelaksanaan pekerjaan. Menurut pendapat T. Hani Handoko (1994:208) Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasi. Dari pendapat beberapa ahli dapat di simpulkan disiplin kerja adalah suatu usaha dari manajemen organisasi perusahaanuntuk menerapkan atau menjalankan peraturan ataupun ketentuan yang harus di patuhi oleh setiap karyawan tanpa terkecuali.

F.      Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu perusahaan. Menurut Gouzali Saydan (1996:202), faktor-faktor tersebut antara lain :
a.       Besar kecilnya pemberian kompensasi.
b.      Ada tidaknya pengawasan pimpinan.
c.       Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan.
d.      Ada tidaknya aturan pasti yang dapat di jadikan pegangan.
e.       Keberatan pimpinan dalam mengambil tindakan.
f.       Tidak adanya perhatian kepada pada karyawan.
g.      Di bciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.

G.    Hal-Hal Yang Menunjang Kedisiplinan
Menurut Alex S. Nitisemito (1984:119-123) ada beberapa hal yang dapat menunjang keberhasilan dalam pendisiplinan karyawan yaitu:
a.       Ancaman
Dalam rangka menegakkan kedisiplinan kadang kala perlu adanya ancaman meskipun ancaman yang diberikan tidak bertujuan untuk menghukum, tetapi lebih bertujuanuntuk mendidik supaya bertingkah laku sesuai dengan yangkita harapkan.
b.      Kesejahteraan
Untuk menegakkan kedisiplinan maka tidak cukup dengan ancaman saja, tetapi perlu kesejahteraan yang cukup yaitu besarnya upah yang mereka terima, sehingga minimal mereka dapat hidup secara layak.
c.       Ketegasan
Jangan sampai kita membiarkan suatu pelanggaran yang kita ketahui tanpa tindakan atau membiarkan pelanggaran tersebut berlarut-larut tanpa tindakan yang tegas.
d.      Partisipas
Dengan jalan memasukkan unsur partisipasi maka para karyawan akan merasa bahwa peraturan tentang ancaman hukuman adalah hasil persetujuan bersama.
e.       Tujuan dan Kemampuan
Agar kedisiplinan dapat dilaksanakan dalam praktek, maka kedisiplinan hendaknya dapat menunjang tujuan perusahaan serta sesuai dengan kemampuan dari karyawan.
f.       Keteladanan Pimpinan
Mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan kedisiplinan sehingga keteladanan pimpinan harus diperhatikan.

H.    Cara Menegakkan Disiplin Kerja
Salah satu tugas yang paling sulit bagi seorang atasan adalah bagaimana menegakkan disiplin kerja secara tepat. Jika karyawan melanggar aturan tata tertib, seperti terlalu sering terlambat atau membolos kerja, berkelahi, tidak jujur atau bertingkah laku lain yang dapat merusak kelancaran kerja suatu bagian, atasan harus turun tangan. Kesalahan semacam itu harus dihukum dan atasan harus mengusahakan agar tingkah laku seperti itu tidak terulang.
Ada beberapa cara menegakkan disiplin kerja dalam suatu perusahaan:
a.       Disiplin Harus Ditegakkan Seketika
Hukuman harus dijatuhkan sesegera mungkin setelah terjadi pelanggaran Jangan sampai terlambat, karena jika terlambat akan kurang efektif.
b.      Disiplin Harus Didahului Peringatan Dini
Dengan peringatan dini dimaksudkan bahwa semua karyawan hams benar-benar tahu secara pasti tindakan-tindakan mana yang dibenarkan dan mana yang tidak.
c.       Disiplin Harus Konsisten
Konsisten artinya seluruh karyawan yang melakukan pelanggaran akan diganjar hukuman yang sama. Jangan sampai terjadi pengecualian, mungkin karena alasan masa kerja telah lama, punya keterampilan yang tinggi atau karena mempunyai hubungan dengan atasan itu sendiri.
d.      Disiplin Harus Impersonal
Seorang atasan sebaiknya jangan menegakkan disiplin dengan perasaan marah atau emosi. Jika ada perasaan semacam ini ada baiknya atasan menunggu beberapa menit agar rasa marah dan emosinya reda sebelum mendisiplinkan karyawan tersebut. Pada akhir pembicaraan sebaiknya diberikan suatu pengarahan yang positif guna memperkuat jalinanhubungan antara karyawan dan atasan.
e.       Disiplin Harus Setimpal
Hukuman itu setimpal artinya bahwa hukuman itu layak dan sesuai dengan tindak pelanggaran yang dilakukan. Tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu berat. Jika hukuman terlalu ringan, hukuman itu akan dianggap sepele oleh pelaku pelanggaran dan jika terlalu berat mungkin akan menimbulkan kegelisahan dan menurunkan prestasi.

I.       Tipe – Tipe Disiplin Kerja
Pendisiplinan pegawai merupakan suatu bentuk pelatihan yang memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap, dan perilaku pegawai sehingga pegawai tersebut secara sukarela bekerja secara kooperatif dengan pegawai lainnya. Tindakan disiplin suatu organisasi merupakan wujud dari pembinaan disiplin kerja. Tindakan pendisiplinan merupakan upaya untuk menghindari terjadinya pelanggaran-pelanggaran.
Menurut pendapat T.Hani Handoko (1994:208) Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar- standar organisasional.
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan disiplin kerja adalah suatu usaha dari manajemen organisasi perusahaan untuk menerapkan atau menjalankan peraturan ataupun ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan tanpa terkecuali.
T. Hani Handoko membagi 3 disiplin kerja(1994:208) yaitu:
a.        Displin Preventif yaitu: kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan dapat dicegah.
b.        Disiplin Korektif yaitu: kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan yang mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplin.
c.        Disiplin Progresif yaitu: kegiatan memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuan dari disiplin progresifini agar karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan korektif sebelum mendapat hukuman yang lebih serius.

Berikut ini adalah tipe-tipe disiplin kerja menurut Veitzal Rivai dalam bukunya Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan (2005:444):
a.       Disiplin retributif adalah berusaha menghukum orang yang berbuat salah
b.      Disiplin korektif  adalah berusaha membantu karyawan mengkoreksi perilakunya yang tidak tepat.
c.       Perspektif hak-hak individu adalah berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan disipliner.
d.      Perspektif utilitarian adalah berfokus kepada penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.

Sedangkan menurut Anwar Prabu (2000:129-130) membagi tipe-tipe disiplin kerja menjadi dua jenis, yaitu:
a.      Disiplin Preventif adalah suatu upaya yang menggerakan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peratuan-peraturan perusahaan.
b.      Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakan pegawai dalam menyatukan suatu perusahaan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan-peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberi sanksi sesuai denga peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.

J.       Hambatan Disiplin Kerja
Selain faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan disiplin kerja, terdapat pula faktor-faktor yang menghambat terbentuknya disiplin kerja dalam diri seseorang, faktor penghambat tersebut berasal dari dalam diri pegawai itu sendiri maupun dari lingkungan sekitarnya.
Menurut Dolet Unaradjan (2003:30:32) faktor-faktor penghambat disiplin di antaranya :
1.      Masyarakat yang menekankan ketaatan yang utuh dan loyalitas penuh kepada atasan atau pimpinan.
2.      Masyarakat yang selalu terbuka dan bersikap permisif.
3.      Keadaan fisik atau biologis yang tidakk sehat.
4.      Keadaan psikis atau mental yang tidak sehat.
5.      Sikap perfeksionis.
6.      Perasaan rendah diri atau inferior.
7.      Perasaan takut dan kuatir.
8.      Perasaan tidak mampu.
9.      Kecemasan.
10.  Suara hati dan rasa bersalah yang keliru.
11.  Kelekatan-kelekatan yang tidak teratur.

Dengan demikian faktor-faktor penghambat disiplin kerja berasal dari lingkungan sebagai faktor Eksternal. Yaitu : masyarakat yang menekankan ketaatan yang utuh dan loyalitas penuh kepada atasan atau pimpinan dan masyarakat yang terlalu terbuka dan bersikap permisif. Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorangg, seperti : keadaan fisik dan psikis yang tidak sehat; sikap perfeksionis; perasaan rendah diri; perasaan takut dan kuatir; perasaan tidak mampu; kecemasan; suara hati dan rasa bersalah yang keliru; dan kelekatan-kelekatan yang tidak teratur.

K.    Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000:131) ada tiga macam pendekatan dalam disiplin kerja yang di laksanakan dalam suatu organisasi atau lembaga, yaitu :
1.      Pendekatan disiplin Modern
Yang di maksud dengan disiplin modern adalah mempertemukan sejumlah keperluan atau kebutuhan baru di luar hukuman. Pendekatan ini memiliki asumsi :
a.       Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman secara fisik.
b.      Melindungi tuduhan yang buruk untuk di teruskan pada proses hukum yang berlaku.
c.       Keputusan-keputusan yang semuanya terhadap kesalah atau prasangka yang harus di perbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan mendapatkan fakta-faktanya.
d.      Melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap kasus disiplin.
2.      Pendekatan disiplin dengan tradisi
Yang di maksud dengan disiplin tradisi yaitu pendekatan disiplin dengan cara memberikan hukuman. Pendekatan berasumsi :
a.       Disiplin di lakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada peninjauan kembali bila telah di putuskan.
b.      Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya maupun di sesuaikan dengan tingkat pelanggarannya.
c.       Penegakan hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggaran maupun kepada pegawai lainnya.
d.      Peningkatan perbuatan pelanggaran di perlukan hukuman yang lebih keras.
e.       Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya harus di beri hukuman yang lebih berat.
3.      Pendekatan disiplin bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan memiliki asumsi, bahwa :
a.       Disiplin kerja harus dapat di terima dan di pahami oleh semua pegawai.
b.      Disiplin bukanlah satu hukuman, tetapi merupakan pembentukan perilaku.
c.       Disiplin di tujukan untuk perubahan perilaku yang lebih baik.
d.      Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap perbuatannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan disiplin kerja maupun yang di laksanakan dalam perusahaan pada intinya bertujuan untuk meningkatkan disiplin kerja para pegawai, dan memperbaiki tindakan indisipliner yang terjadi dengan cara yang efektif.

L.     Hukuman Dan Disiplin
Pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin itu sendiri sangat di perlukan. Agar di perlukan tersebut efektif dalam membina disiplin, hendaknya pemberian hukuman di lakukan secara bertahap, yakni di kemukakan oleh Sondang P. Siagian yang terdiri dari :
1.      Peringatan lisan oleh penyelia.
2.      Peringatan tertulis ketidakpuasan oleh atasan langsung.
3.      Penundaan kenaikan gaji berkala.
4.      Penundaan kenaikan pangkat.
5.      Pembebasan dari jabatan.
6.      Pemberhentian sementara.
7.      Pemberhentian atas permintaan sendiri.
8.      Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri.
9.      Pemberhentian dengan tidak hormat.

Winardi (1989:84) mengatakan bahwa untuk mengajukan disiplin harus terdapat sejumlah peraturan sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan tindakan, seperti :
1.      Peraturan-peraturan perusahaan yang mencakup sejumlah hukum bagi pihak yang melanggarnya.
2.      Ketentuan-ketentuan yang di berikan pada pekerja tentang apa yang di harapkan dari mereka.
3.      Prosedur-prosedur perusahaan “ feed back “ yang memberitahukan kepada mereka bagaimana hasil pekerjaan mereka di bandingkan dengan standar-standar yang di harapkan.
4.      Penelitian objektif tentang kasus individual sebelum diadakan tindakan-tindakan penertiban.
5.      Konsultasi yang di sertai penerapan-penerapan sanksi yang cepat apabila dianggap perlu.

Bedjo Siswanto (2003:293) mengemukakan bahwa secara umum sebagai pegangan manajer meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis sanksi disiplin kerja terdiri atas sanksi disiplin berat, sanksi disiplin sedang dan sanksi disiplin ringan.
1.      Sanksi disiplin berat
Misalnya :
a.       Demosi jabatan setingkat lebih rendah dari jabatan/pekerjaan yang di berikan sebelumnya.
b.      Pembebasan dari jabatan/pekerjaan untuk di jadikan sebagai tenaga kerja biasa yang memegang jabatan.
c.       Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri pegawai yang bersangkutan.
d.      Pemutusan hubungan kerja dengan tidak hormat sebagai pegawai dalam organisasi atau perusahaan tersebut.
2.      Sanksi disiplin sedang
Misalnya :
a.       Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnyatelah di rancang sebagaimana pegawai lainnya.
b.      Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasanya di berikan, baik itu harian, mingguan, atau bulanan.
c.       Penundaan program promosi bagi pegawai yang bersangkutan pada jabatan yang lebih tinggi.
3.      Sanksi disiplin ringan
Misalnya :
a.       Teguran lisan kepada pegawai yang bersangkutan.
b.      Teguran tertulis.
c.       Pernyataan puas secara tertulis.

Yang memiliki wewenang penuh dalam pemberian sanksi terhadap pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin kerja dalam manajemen puncak. Akan tetapi pada kenyataannya hal tersebut dapat di delegasikan kepada manajer pegawai. Top manajer maupun manajer dalam malaksanakan tugasnya selalu berpedoman pada peraturan pemerintah maupun undang-undang ketenaga kerjaan.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Disiplin kerja adalah suatu sikap mental yang di miliki oleh pegawai dalam menghormati dan mematuhi peraturan yang ada di dalam organisasi tempatnya bekerja yang di landasi karena adanya tanggung jawab bukan karena keterpaksaan, sehingga dapat mengubah perilaku menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama, dalam suatu kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan yang terjalin antara individu satu dengan lainnya menjadi lebih baik dan lancar.
Disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkuangan tersebut. Dengan pemaksaan pembiasaan, dan latihan disiplin seperti itu dapat menyadarkan bahwa disiplin itu penting. Pada awalnya mungkin disiplin dapat di lakukan kerana pemaksaa, namun karena adanya pembiasaan dan proses latihan yang terus-menerus maka disiplin di lakukan atas kesadaran dari dalam diri sendiri dan di rasakan sebagai kebutuhan dan kebiasaan. Di harapkan untuk di kemudian hari, disiplin ini meningkat menjadi kebiasaan berpikir baik, positif, bermakna, dan memandang jauh ke depan. Disiplin bukan hanya soal mengikuti dan menaati peraturan, melainkan sudah meningkat menjadi disiplin berpikir yang mengatur dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya.

B.     Saran
Disiplin itu sangat diperlukan. Karena dalam aplikasinya, kedisiplinan sangat berguna sebagai tolak ukur mampu atau tidaknya seseorang dalam mentaati aturan yang sangat penting bagi stabilitas kegiatan. Selain itu sikap disiplin sangat diperlukan untuk pengembangan watak dan pribadi seseorang, sehingga menjadi tangguh dan dapat diandalkan bagi seluruh pihak.
Oleh karena itu, marilah kita hidup berdisiplin. Agar kelak, kita dapat menjadi panutan setiap orang dan bisa diandalkan. Jika tidak dari sekarang kita membiasakan untuk berdisiplin, kapan lagi kita bisa merubah dunia ini? Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi pedoman untuk menjadi lebih baik bagi para pembaca khususnya para mahasiswa. Terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Armstrong , M. (1991)  A Hand Book on personnel Management  Practice  ( 4th ed), London Hogan Page.
Hastings,J. (1999), Discipline At Workpart One of The Informal Process, Nursing Management, 6 (5),  20-23
Marriner,A.T. (1995) ,Nursing  Management and Leadership ( 5th ed), Mosby  St Louis, Baltimore.
http://carapedia.com/pengertian_definisi_disiplin_info2133.html
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=50079
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/disiplin-kerja-karyawan.html
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_adp_043923_chapter2.pdf




1 komentar: